To live is to love, to serve, to forgive. Love the One, love and serve humanity. To learn to love oneself and to love is to learn to forgive.
Sunday, October 7, 2012
IKHLAS : Kamu dan Allah SWT
Dari Muaz, Rasulullah SAW bersabda:
“Puji syukur ke hadrat Allah SWT yang menghendaki agar makhluk-Nya menurut kehendak-Nya, wahai Muaz!”
Jawabku, “Ya, Sayidil Mursalin.”
Sabda Rasulullah SAW, “Sekarang aku akan menceritakan sesuatu kepadamu yang apabila engkau hafalkan (diambil perhatian) olehmu akan berguna tetapi kalau engkau lupakan (tidak dipedulikan) olehmu maka kamu tidak akan mempunyai alasan di hadapan Allah kelak.”
“Hai Muaz, Allah itu menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dari bumi. Setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu langit dan tiap-tiap pintu langit dijaga oleh malaikat penjaga pintu menurut ukuran pintu dan keagungannya.”
“Maka malaikat yang memelihara amalan si hamba (malaikat hafazah) akan naik ke langit membawa amal itu ke langit pertama. Penjaga langit pertama akan berkata kepada malaikat Hafazah,
“Saya penjaga tukang mengumpat. Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya karena saya diperintahkan untuk tidak menerima amalan tukang mengumpat”.
“Esoknya, naik lagi malaikat Hafazah membawa amalan si hamba. Di langit kedua penjaga pintunya berkata,
“Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya sebab dia beramal karena mengharapkan keduniaan. Allah memerintahkan supaya amalan itu ditahan jangan sampai lepas ke langit yang lain.”
“Kemudian naik lagi malaikat Hafazah ke langit ketiga membawa amalan yang sungguh indah. Penjaga langit ketiga berkata, “Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya kerana dia seorang yang sombong.”
Rasulullah SAW meneruskan sabdanya, “Berikutnya malaikat Hafazah membawa lagi amalan si hamba ke langit keempat. Lalu penjaga langit itu berkata,
“Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya. Dia seorang yang ujub. Allah memerintahkan aku menahan amalan si ujub.”
Seterusnya amalan si hamba yang lulus ke langit kelima dalam keadaan bercahaya-cahaya dengan jihad, haji, umrah dan lain-lain. Tetapi di pintu langit penjaganya berkata,
“Itu adalah amalan tukang hasad. Dia sangat benci pada nikmat yang Allah berikan pada hamba-Nya. Dia tidak redha dengan kehendak Allah. Sebab itu Allah perintahkan amalannya dilemparkan kembali ke mukanya. Allah tidak terima amalan pendengki dan hasad.”
Di langit keenam, penjaga pintu akan berkata,”Saya penjaga rahmat. Saya diperintahkan untuk melemparkan kembali amalan yang indah itu ke muka pemiliknya karena dia tidak pernah mengasihi orang lain. Kalau orang dapat musibah dia merasa senang. Sebab itu amalan itu jangan melintasi langit ini.”
Malaikat Hafazah naik lagi membawa amalan si hamba yang dapat lepas hingga ke langit ketujuh. Cahayanya bagaikan kilat, suaranya bergemuruh. Di antara amalan itu ialah shalat, puasa, sedekah, jihad, warak dan lain-lain.
Tetapi penjaga pintu langit berkata, “Saya ini penjaga sum’ah (ingin kemasyhuran). Sesungguhnya si hamba ini ingin termasyhur dalam kelompoknya dan selalu ingin tinggi di saat berkumpul dengan kawan-kawan yang sebaya dan ingin mendapat pengaruh
dari para pemimpin. Allah memerintahkan padaku agar amalan itu jangan melintasiku. Tiap-tiap amalan yang tidak bersih karena Allah maka itulah riya’. Allah tidak akan menerima dan mengabulkan orang-orang yang riya’.”
Kemudian malaikat Hafazah itu naik lagi dengan membawa amal hamba yakni solat, puasa, zakat, haji, umrah, akhlak yang baik dan mulia serta zikir pada Allah. Amalan itu diiringi malaikat ke langit ketujuh hingga melintasi hijab-hijab dan sampailah ke hadirat Allah SWT.
Semua malaikat berdiri di hadapan Allah dan semua menyaksikan amalan itu sebagai amalan soleh yang betul-betul ikhlas untuk Allah.
Tetapi firman Tuhan,
“Hafazah sekalian, pencatat amal hamba-Ku, Aku adalah pemilik hatinya dan Aku lebih mengetahui apa yang dimaksudkan oleh hamba-Ku ini dengan amalannya. Dia tidak ikhlas pada-Ku dengan amalannya. Dia menipu orang lain, menipu kamu (malaikat Hafazah) tetapi tidak bisa menipu Aku. Aku adalah Maha Mengetahui.”
“Aku melihat segala isi hati dan tidak akan terlindung bagi-Ku apa saja yang terlindung. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah terjadi adalah sama dengan pengetahuan-Ku atas apa yang bakal terjadi.”
“Pengetahuan-Ku atas orang yang terdahulu adalah sama dengan Pengetahuan-Ku atas orang-orang yang datang kemudian. Kalau begitu bagaimana hamba-Ku ini menipu Aku dengan amalannya ini?”
“Laknat-Ku tetap padanya.”
Dan ketujuh-tujuh malaikat beserta 3000 malaikat yang mengiringinya pun berkata:
“Ya Tuhan, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami sekalian bagi mereka.”
Dan semua yang di langit turut berkata,”Tetaplah laknat Allah kepadanya dan laknat orang yang melaknat.”
Bersabda Rasulullah SAW kepada Mu’az bin Jabal :
“ Mu’az, yang kami ceritakan itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah SWT. Cukuplah untuk menghindari semua itu, kamu menyayangi orang lain sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri dan benci bila sesuatu yang dibenci olehmu terjadi pada orang lain. Kalau begitu kamu akan selamat dan dirimu pasti akan terhindar dari api neraka “
Sayidina Muaz (yang meriwayatkan hadist ini) kemudian menangis terisak-isak dan berkata,
“Ya Rasulullah, bagaimana aku dapat selamat dari apa yang diceritakan
ini?”
Sabda Rasulullah SAW, “Hai Muaz, ikutilah Nabimu dalam soal keyakinan.”
Muaz bertanya kembali,”Ya, tuan ini Rasulullah sedangkan saya ini hanyalah si Muaz bin Jabal, bagaimana saya dapat selamat dan bisa lepas dari bahaya tersebut?”
Bersabda Rasulullah, “Ya begitulah, kalau dalam amalanmu ada kelalaian maka tahanlah lidahmu jangan sampai memburukkan orang lain. Ingatlah dirimu sendiri pun penuh dengan aib maka janganlah mengangkat diri dan menekan orang lain.”
“Jangan riya’ dengan amal supaya amal itu diketahui orang. Jangan termasuk orang yang mementingkan dunia dengan melupakan akhirat. Kamu jangan berbisik berdua ketika disebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik. Jangan takabur pada orang lain nanti luput amalanmu dunia dan akhirat dan jangan berkata kasar dalam suatu majlis dengan maksud supaya orang takut padamu, jangan mengungkit-ungkit apabila membuat kebaikan, jangan mengoyak perasaan orang lain dengan mulutmu, karena kelak engkau akan dikoyak-koyak oleh anjing-anjing neraka jahanam.”
Sebagaimana firman Allah yang bermaksud,”Di neraka itu ada anjing-anjing yang mengoyak badan manusia.”
Muaz berkata, “Ya Rasulullah, siapa yang tahan menanggung penderitaan semacam itu?”
Jawab Rasulullah SAW, “Muaz, yang kami ceritakan itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah SWT. Cukuplah untuk menghindari semua itu, kamu menyayangi
orang lain sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri dan benci bila sesuatu yang dibenci olehmu terjadi pada orang lain. Kalau begitu kamu akan selamat dan dirimu pasti akan terhindar dari api neraka.”
Sumber :
http://kisahteladan.info/sahabat/muaz-bin-jabal-dengan-kisah-amalan-yang-naik-ke- langit.html
http://arsip.kotasantri.com
Berbagai media.
Peringatan buat diri,
نور نبيهة هاشم,
21 Zulkaedah 1433Hijriyah.
siapa MU’AZ BIN JABAL?
MU’AZ BIN JABAL : Kisah Amalan Yang Naik Ke Langit
jadi siapa MU’AZ BIN JABAL yang disebut?
Muaz bin Jabal dilahirkan di Madinah. Ia mempunyai keistimewaan sebagai seorang yang sangat pintar dan berdedikasi tinggi. Dari segi fisik, ia gagah dan perkasa. Allah juga mengaruniakan kepadanya kepandaian berbahasa serta tutur kata yang indah. Muaz bin Jabal memeluk Islam sejak ia masih kecil melalui Mus’ab bin Umair, yang diutus oleh Rasulullah SAW ke Madinah untuk mengajar penduduk di sana.
Dalam riwayat keislaman, Muaz termasuk di dalam rombongan yang berjumlah sekitar 72 orang Madinah yang datang bersumpah setia (bai’ah) kepada Rasulullah. Setelah mengucapkan sumpah setia, tak lama Muaz kembali ke Madinah sebagai seorang pendakwah Islam di dalam masyarakat Madinah. Ia berhasil mengislamkan beberapa orang sahabat yang terkemuka seperti misalnya Amru bin Al-Jamuh.
Pada waktu Nabi Muhammad berhijrah ke Madinah, Muaz senantiasa berada bersama dengan Rasulullah sehingga ia dapat memahami Al-Qur’an dan syariat-syariat Islam dengan baik. Hal tersebut membuatnya di kemudian hari muncul sebagai seorang yang paling ahli tentang Al-Qur’an dari kalangan para sahabat. Ia adalah orang yang paling baik membaca Al-Qur’an serta paling memahami syariat-syariat Allah. Oleh sebab itulah Rasulullah memujinya dengan bersabda, “Yang kumaksud umatku yang paling alim tentang halal dan haram ialah Muaz bin Jabal.” (HR. Tarmizi dan Ibnu Majah).
Selain itu, Muaz merupakan salah satu dari enam orang yang mengumpulkan Al-Qur’an pada zaman Rasulullah.
‘Dipamiti’ Rasulullah SAW
Setelah Allah SWT membuka kota Makkah kepada Rasulullah, penduduk Makkah memerlukan tenaga-tenaga pengajar yang tetap tinggal bersama mereka untuk mengajarkan syariat agama Islam. Rasulullah lantas menyanggupi permintaan tersebut dan meminta supaya Muaz tinggal bersama dengan penduduk Makkah untuk mengajar Al-Qur’an dan memberikan pemahaman kepada mereka mengenai agama Allah SWT. Sifat terpuji beliau juga jelas terlihat manakala rombongan raja-raja Yaman datang menjumpai Rasulullah SAW guna meng-isytihar-kan keislaman mereka dan meminta kepada Rasulullah supaya mengantarkan tenaga pengajar kepada mereka. Begitupun maka Rasulullah memilih Muaz untuk memegang tugas itu bersama-sama dengan beberapa orang para sahabat.
Muaz dipilih menjadi ketua rombongan para sahabat tersebut. Beberapa saat sebelum rombongan pergi, Rasulullah SAW keluar untuk mengucapkan selamat jalan kepada mereka. Lantas beliau mewasiatkan kepada Muaz dengan bersabda : “Wahai Muaz! Kemungkinan kamu tidak akan dapat bertemu lagi dengan aku selepas tahun ini malah mungkin juga selepas ini kamu akan melalui masjid dan kuburku…” Kemudian Muaz menangis karena terlalu sedih untuk berpisah dengan Rasulullah SAW. Selepas peristiwa tersebut ternyata Rasulullah wafat dan Muaz tidak lagi dapat melihatnya.
Tetap Menjaga Ghirah
Muaz sangat terpukul atas berpulangnya Rasulluah. Ia bahkan menangis tersedu-sedu selama beberapa saat. Namun ia segera menyadari tanggung jawab dakwah di pundaknya. Ia senantiasa menjaga ghirah (semangat) keislamannya agar tidak surut. Setelah Umar bin Khattab dilantik menjadi khalifah, ia mengutus Muaz untuk mendamaikan pertikaian yang terjadi di kalangan Bani Kilab. Ia pun sukses menjalankan misi itu.
Menjadi Guru di Palestina
Pada zaman pemerintahan Khalifah Umar pula, gubernur Syam (sekarang Mesir) mengirimkan Yazid bin Abi Sofian untuk meminta guru bagi penduduknya. Lalu Umar memanggil Muaz bin Jabal, Ubaidah bin As-Somit, Abu Ayub Al-Ansary, Ubai bin Kaab dan Abu Darda’ dalam satu majelis. Khalifah Umar berkata kepada mereka : “Sesungguhnya saudara kamu di negeri Syam telah meminta bantuan daripada aku supaya mengantar siapa saja yang dapat mengajarkan Al-Qur’an kepada mereka dan memberikan pemahaman kepada mereka tentang agama Islam. Oleh karena itu bantulah aku untuk mendapat tiga orang dari kalangan kamu semoga Allah merahmati kamu. Sekiranya kamu ingin membuat pengundian, kamu boleh membuat undian, jika tidak aku akan melantik tiga orang dari kalangan kamu.”
Lalu mereka menjawab : “Kami tidak akan membuat pengundian dengan memandang bahwa Abu Ayub telah terlalu tua, sedang Ubai pun senantiasa mengalami kesakitan, dan yang tinggal hanya kami bertiga saja.” Kemudian Umar berkata kepada mereka : “Kalian mulailah bertugas di Hims, sekiranya kamu suka dengan keadaan penduduknya, bolehlah salah seorang diantara kamu tinggal di sana. Kemudian salah seorang daripada kamu hendaknya pergi ke Damsyik, dan seorang lagi pergi ke Palestina.”
Lalu mereka bertiga keluar ke Hims dan mereka meninggalkan Ubaidah bin As-Somit di sana, Abu Darda’ pergi ke Damsyik. Muaz bin Jabal terus berlalu pergi ke negara Palestina. Muaz bin Jabal berada di Palestina pada saat negeri tersebut tengah terserang wabah penyakit menular. Tak ayal, ia pun turut pula terkena wabah tersebut. Ketika hampir meninggal, ia berkata : “Selamat datang wahai kematian! Selamat datang kepada tamu yang tak kunjung tiba dan selamat datang kepada kekasih yang datang setelah sekian lama dirindukan “
Kemudian Muaz melihat ke langit dan berkata : “Wahai Tuhanku! Sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku tidak menyukai dunia apalagi untuk berada kekal di dalamnya selama-lamanya menanam pokok-pokok tanaman dan mengairi sungai, tetapi segala-galanya itu hanyalah sekedar untuk menghilangkan kehausan di kawasan-kawasan yang kekeringan serta mengarungi saat-saat kesusahan dan mendekati ulama-ulama dengan menunggang ke majelis-majelis dzikir. Oleh yang demikian terimalah diriku ini wahai Tuhanku dengan kebaikan sebagaimana Kamu menerima diri seseorang yang beriman.” Kemudian Muaz meninggal dunia. [republika.co.id]
Diriwayatkan Mu’az bin Jabal berkata Rasulullah s.a.w. telah mewasiatkan kepada saya mengenai sepuluh perkara, yakni :
Sumber :
http://kisahteladan.info/sahabat/muaz-bin-jabal-dengan-kisah-amalan-yang-naik-ke- langit.html
http://arsip.kotasantri.com
Berbagai media.
Peringatan buat diri,
نور نبيهة هاشم,
21 Zulkaedah 1433Hijriyah.
jadi siapa MU’AZ BIN JABAL yang disebut?
Muaz bin Jabal dilahirkan di Madinah. Ia mempunyai keistimewaan sebagai seorang yang sangat pintar dan berdedikasi tinggi. Dari segi fisik, ia gagah dan perkasa. Allah juga mengaruniakan kepadanya kepandaian berbahasa serta tutur kata yang indah. Muaz bin Jabal memeluk Islam sejak ia masih kecil melalui Mus’ab bin Umair, yang diutus oleh Rasulullah SAW ke Madinah untuk mengajar penduduk di sana.
Dalam riwayat keislaman, Muaz termasuk di dalam rombongan yang berjumlah sekitar 72 orang Madinah yang datang bersumpah setia (bai’ah) kepada Rasulullah. Setelah mengucapkan sumpah setia, tak lama Muaz kembali ke Madinah sebagai seorang pendakwah Islam di dalam masyarakat Madinah. Ia berhasil mengislamkan beberapa orang sahabat yang terkemuka seperti misalnya Amru bin Al-Jamuh.
Pada waktu Nabi Muhammad berhijrah ke Madinah, Muaz senantiasa berada bersama dengan Rasulullah sehingga ia dapat memahami Al-Qur’an dan syariat-syariat Islam dengan baik. Hal tersebut membuatnya di kemudian hari muncul sebagai seorang yang paling ahli tentang Al-Qur’an dari kalangan para sahabat. Ia adalah orang yang paling baik membaca Al-Qur’an serta paling memahami syariat-syariat Allah. Oleh sebab itulah Rasulullah memujinya dengan bersabda, “Yang kumaksud umatku yang paling alim tentang halal dan haram ialah Muaz bin Jabal.” (HR. Tarmizi dan Ibnu Majah).
Selain itu, Muaz merupakan salah satu dari enam orang yang mengumpulkan Al-Qur’an pada zaman Rasulullah.
‘Dipamiti’ Rasulullah SAW
Setelah Allah SWT membuka kota Makkah kepada Rasulullah, penduduk Makkah memerlukan tenaga-tenaga pengajar yang tetap tinggal bersama mereka untuk mengajarkan syariat agama Islam. Rasulullah lantas menyanggupi permintaan tersebut dan meminta supaya Muaz tinggal bersama dengan penduduk Makkah untuk mengajar Al-Qur’an dan memberikan pemahaman kepada mereka mengenai agama Allah SWT. Sifat terpuji beliau juga jelas terlihat manakala rombongan raja-raja Yaman datang menjumpai Rasulullah SAW guna meng-isytihar-kan keislaman mereka dan meminta kepada Rasulullah supaya mengantarkan tenaga pengajar kepada mereka. Begitupun maka Rasulullah memilih Muaz untuk memegang tugas itu bersama-sama dengan beberapa orang para sahabat.
Muaz dipilih menjadi ketua rombongan para sahabat tersebut. Beberapa saat sebelum rombongan pergi, Rasulullah SAW keluar untuk mengucapkan selamat jalan kepada mereka. Lantas beliau mewasiatkan kepada Muaz dengan bersabda : “Wahai Muaz! Kemungkinan kamu tidak akan dapat bertemu lagi dengan aku selepas tahun ini malah mungkin juga selepas ini kamu akan melalui masjid dan kuburku…” Kemudian Muaz menangis karena terlalu sedih untuk berpisah dengan Rasulullah SAW. Selepas peristiwa tersebut ternyata Rasulullah wafat dan Muaz tidak lagi dapat melihatnya.
Tetap Menjaga Ghirah
Muaz sangat terpukul atas berpulangnya Rasulluah. Ia bahkan menangis tersedu-sedu selama beberapa saat. Namun ia segera menyadari tanggung jawab dakwah di pundaknya. Ia senantiasa menjaga ghirah (semangat) keislamannya agar tidak surut. Setelah Umar bin Khattab dilantik menjadi khalifah, ia mengutus Muaz untuk mendamaikan pertikaian yang terjadi di kalangan Bani Kilab. Ia pun sukses menjalankan misi itu.
Menjadi Guru di Palestina
Pada zaman pemerintahan Khalifah Umar pula, gubernur Syam (sekarang Mesir) mengirimkan Yazid bin Abi Sofian untuk meminta guru bagi penduduknya. Lalu Umar memanggil Muaz bin Jabal, Ubaidah bin As-Somit, Abu Ayub Al-Ansary, Ubai bin Kaab dan Abu Darda’ dalam satu majelis. Khalifah Umar berkata kepada mereka : “Sesungguhnya saudara kamu di negeri Syam telah meminta bantuan daripada aku supaya mengantar siapa saja yang dapat mengajarkan Al-Qur’an kepada mereka dan memberikan pemahaman kepada mereka tentang agama Islam. Oleh karena itu bantulah aku untuk mendapat tiga orang dari kalangan kamu semoga Allah merahmati kamu. Sekiranya kamu ingin membuat pengundian, kamu boleh membuat undian, jika tidak aku akan melantik tiga orang dari kalangan kamu.”
Lalu mereka menjawab : “Kami tidak akan membuat pengundian dengan memandang bahwa Abu Ayub telah terlalu tua, sedang Ubai pun senantiasa mengalami kesakitan, dan yang tinggal hanya kami bertiga saja.” Kemudian Umar berkata kepada mereka : “Kalian mulailah bertugas di Hims, sekiranya kamu suka dengan keadaan penduduknya, bolehlah salah seorang diantara kamu tinggal di sana. Kemudian salah seorang daripada kamu hendaknya pergi ke Damsyik, dan seorang lagi pergi ke Palestina.”
Lalu mereka bertiga keluar ke Hims dan mereka meninggalkan Ubaidah bin As-Somit di sana, Abu Darda’ pergi ke Damsyik. Muaz bin Jabal terus berlalu pergi ke negara Palestina. Muaz bin Jabal berada di Palestina pada saat negeri tersebut tengah terserang wabah penyakit menular. Tak ayal, ia pun turut pula terkena wabah tersebut. Ketika hampir meninggal, ia berkata : “Selamat datang wahai kematian! Selamat datang kepada tamu yang tak kunjung tiba dan selamat datang kepada kekasih yang datang setelah sekian lama dirindukan “
Kemudian Muaz melihat ke langit dan berkata : “Wahai Tuhanku! Sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku tidak menyukai dunia apalagi untuk berada kekal di dalamnya selama-lamanya menanam pokok-pokok tanaman dan mengairi sungai, tetapi segala-galanya itu hanyalah sekedar untuk menghilangkan kehausan di kawasan-kawasan yang kekeringan serta mengarungi saat-saat kesusahan dan mendekati ulama-ulama dengan menunggang ke majelis-majelis dzikir. Oleh yang demikian terimalah diriku ini wahai Tuhanku dengan kebaikan sebagaimana Kamu menerima diri seseorang yang beriman.” Kemudian Muaz meninggal dunia. [republika.co.id]
Diriwayatkan Mu’az bin Jabal berkata Rasulullah s.a.w. telah mewasiatkan kepada saya mengenai sepuluh perkara, yakni :
- Jangan Menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu apapun walaupun kamu akan dibunuh atau dibakar.
- Jangan Kamu mendurhakai kedua dua Ibu Bapak kamu meskipun mereka menyuruh kamu berpisah dengan istri dan harta benda kamu.
- Janganlah kamu meninggalkan Sholat Fardhu dengan sengaja karena sesungguhnya sesiapa yang meninggalkan Sholat Fardhu dengan sengaja maka dia terlepas dari tanggung jawab Allah SWT.
- Janganlah sekali-kali minum arak karena perbuatan ini adalah puncak segala maksiat.
- Jauhilah diri kami daripada perbuatan maksiat karena perbuatan ini akan menyebabkan kemurkaan Allah SWT.
- Jangan lari dari medan pertempuran walaupun semua rekanmu telah terbunuh.
- Jangan berpindah dari tempat berlakunya kematian akibat wabah yang sedang merebak seperti taun dan sebagainya.
- Belanjalah untuk keluarga kamu mengikut kemampuanmu.
- Jangan Kamu mengelak daripada merotani anak-anak sebagai amaran supaya mereka berahlaq baik.
- Takutkan mereka (anak-anak) kepada Allah SWT.
Sumber :
http://kisahteladan.info/sahabat/muaz-bin-jabal-dengan-kisah-amalan-yang-naik-ke- langit.html
http://arsip.kotasantri.com
Berbagai media.
Peringatan buat diri,
نور نبيهة هاشم,
21 Zulkaedah 1433Hijriyah.
Subscribe to:
Posts (Atom)